Minggu, 04 Agustus 2024

Nature River Sounds Sleep Relax, ambience, Beautiful Mountain River Flow...

Musik Surgawi Instrumen Biola, Cello & Piano yang Menenangkan Alps 4k

GAK ADA SAINGAN‼️AWAL MERINTIS OMSET 200 RIBU‼️KINI JUALAN 3JAM OMSET 1 ...

3 Dessert Ala Hotel, Siap-Siap Banjir Order

Aku Beri Subscriber ke-40,000,000-ku 40 Mobil

5 KEBIASAAN SIMPEL BIKIN KAYA PALING REALISTIS

Fosil Dinosaurus Berusia 90 Juta Tahun Ditemukan

REVIEW PISAU GARNISH 70RIBUAN DAN CARA MEMBUAT GARNISH UNTUK HIASAN TUMPENG

Review Lensa Essilor Transition 8, Minus Tinggi Dipertipis

9 kerugian meninggalkan sholat subuh

10 Techniques That Will Make You A Better Driver

One Minute Rendering Tip for Lumion 11 - SERIES - 72

Guided 12 Minute Mindfulness Meditation By Doctor Julie Smith

13 Hand Embroidery Stitches for Beginners

[TUTORIAL] Gerakan Jurus Tunggal + Slow mo. UKM Pencak Organisasi Unesa

15 year loan vs 30 year loan

Video 8: General Properties of Group 16 Elements

Tetap Terbanglah Radjawali Halaman 21-29 | Intisari Pidato Presiden Suka...

The Millionaire Investing Advice For Teenagers

WW1 :1919 Original Aerial Footage

The Secret To Success - an eye opening story

transformers 2-21 guns

22 Akrilik dituangkan dalam 10 menit - Kompilasi Pouring Akrilik yang Me...

Alabama tornado kills at least 23

24 Oras Weekend Express: August 4, 2024 [HD]

Inners Tips To kNow well



Di tepian telaga yang bening, biduk tua itu telah lama menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Dulu, ia hanyalah sebuah perahu sederhana yang mengarungi permukaan air, membawa kenangan yang tak terhitung jumlahnya. Dari kayu terbaik dan terkeras, ia dibentuk dengan tangan para penghuni pendahulu, mencerminkan warisan keterampilan yang bertahan hingga kini. Keindahannya tak hanya diukur dari usianya yang panjang, tetapi juga dari kisah-kisah yang melekat pada setiap serat kayunya—kagumi oleh banyak orang, bahkan diinginkan sebagai milik mereka sendiri.

Namun, biduk ini bukan sekadar peninggalan manusia. Burung-burung, capung, dan makhluk kecil lainnya telah mengukuhkannya sebagai bagian dari kehidupan mereka, bagai rumah yang tak tergantikan. Mereka menolak untuk membiarkannya pergi, seolah tahu bahwa biduk adalah bagian dari keseimbangan alam yang tak bisa dipisahkan dari kedamaian telaga.



Dan di suatu senja, ia kembali menjadi saksi dari sebuah harapan. Sepasang kekasih menaikinya, menyusuri permukaan air yang berkilau, membiarkan hati mereka berbicara dalam keheningan telaga. Mereka memadu asa, membiarkan angin membawa mimpi-mimpi mereka bersama gemerisik air yang tenang. Dalam kebersamaan itu, biduk menjadi penghubung antara kenangan lama dan harapan baru, menjadikan telaga tempat di mana cinta dan sejarah bertemu.

Biduk yang telah melihat banyak musim berlalu kini tetap bertahan, bukan hanya sebagai perahu yang terapung, tetapi sebagai jiwa yang menghidupkan setiap kisah. Ia adalah saksi, rumah, dan penjaga kenangan yang akan terus mengalir bersama waktu.

jauh...

di luar laga

dan gemuruh tepuk

lapangan pemberi kenangan.....



26 Nama Buah dan Sayuran untuk Balita dan Batita

27 Nama Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

Apa Yang Jadi Penting Untuk Dipertannyakan?

Banyak orang lahir di dalam atau dari kesulitan-kesulitan dan tantangan yang dialami dalam pengalaman hidup. Kesamaan akan nasib hingga harapan untuk keluar dari masalah yang melilit, dapat melahirkan pembaharuan dan pemikiran yang baru untuk saling menghasilkan pilihan solusi yang disebut kerjasama dalam suatu bentuk sebagai kongsi.

Kongsi merujuk kepada suatu bentuk persekutuan atau perkongsian yang dibentuk oleh sekelompok individu atau entiti untuk mencapai tujuan bersama, sama ada dari segi ekonomi, sosial, mahupun politik. Istilah ini berasal dari tradisi masyarakat Cina perantauan di Asia Tenggara, khususnya dalam konteks perlombongan bijih timah di Tanah Melayu pada abad ke-18 dan ke-19, di mana kongsi berfungsi sebagai organisasi autonomi yang menguruskan kegiatan ekonomi, pertahanan, dan kebajikan ahli. Secara umum, kongsi bertujuan untuk mengumpulkan sumber daya, membahagi risiko, dan meningkatkan kecekapan melalui kerjasama, sama ada dalam perniagaan, pertanian, atau aktiviti kolektif lain. Selain itu, kongsi juga berperan sebagai institusi sosial yang menjaga kepentingan bersama, menyelesaikan konflik dalaman, dan kadangkala memiliki struktur pemerintahan tersendiri. Dalam konteks moden, konsep kongsi masih relevan dalam bentuk syarikat perkongsian, koperasi, atau usaha sama (joint venture) yang menekankan prinsip gotong-royong dan pembahagian keuntungan secara adil. Tujuannya tetap sama: memperkukuh daya saing melalui kolaborasi dan mengurangkan ketergantungan pada pihak luar.

Kongsi dapat bertahan lama jika memiliki visi dan tujuan bersama yang jelas, disokong oleh sistem pengurusan teratur dan transparan, termasuk struktur kepimpinan yang efektif, pembahagian tugas dan keuntungan yang adil, serta catatan kewangan yang akuntabel. Kepercayaan dan semangat kekitaan di antara anggota menjadi tulang belakang kelangsungan kongsi, diperkuat oleh budaya gotong-royong dan mekanisme penyelesaian konflik secara internal seperti musyawarah. Selain itu, kemampuan beradaptasi dengan perubahan—seperti mengadopsi teknologi baru atau beralih ke model bisnis yang lebih moden—menjadi kunci menghadapi dinamika pasaran. Dukungan eksternal, seperti hubungan baik dengan pemerintah dan akses berkelanjutan terhadap sumber daya (modal, tenaga kerja, dan pasaran), juga memainkan peran penting. Contoh kejayaan seperti Kongsi Lanfang di Borneo atau koperasi moden menunjukkan bahwa kombinasi pengurusan yang baik, fleksibiliti, dan kolaborasi dengan pihak luar mampu menciptakan entitas yang berkelanjutan. Tanpa elemen-elemen ini, kongsi rentan pecah akibat konflik internal, ketidakadilan, atau ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.

Kongsi sering mengalami perpecahan atau kegagalan disebabkan oleh beberapa faktor kritikal, baik dari segi dalaman mahupun luaran. Salah satu punca utama adalah konflik dalaman yang timbul akibat ketidakadilan dalam pembahagian keuntungan, kuasa, atau sumber, di mana anggota merasa dirugikan atau dikuasai oleh kelompok tertentu. Kurangnya ketelusan pengurusan, seperti pengiraan kewangan yang tidak jelas atau penyalahgunaan dana kongsi, juga mengikis kepercayaan dan mencetuskan perpecahan. Lemahnya kepimpinan, seperti ketua yang tidak berwibawa atau terlalu autoritarian, boleh menimbulkan ketidakpuasan hati dan hilangnya arah tuju bersama. Selain itu, perbezaan matlamat atau kepentingan peribadi antara anggota—contohnya, ada yang mementingkan keuntungan jangka pendek sedangkan yang lain ingin mempertahankan nilai tradisi—boleh mencairkan kesatuan. Tekanan luaran seperti perubahan dasar pemerintah, persaingan ekonomi, atau konflik dengan komuniti lain juga boleh melemahkan kongsi jika tiada kemampuan adaptasi. Kurangnya mekanisme penyelesaian pertikaian yang efektif menyebabkan perselisihan kecil meletup menjadi perpecahan besar. Sejarah menunjukkan banyak kongsi tradisional seperti beberapa kongsi perlombongan di Borneo pecah kerana pergaduhan antara puak, campur tangan penjajah, atau kegagalan mengikuti perubahan zaman. Tanpa perpaduan, keadilan, kepimpinan yang baik, dan daya tahan terhadap cabaran, kongsi mudah runtuh walaupun pada asalnya kukuh.

Kongsi dapat bertahan lama jika pemodal dan mitra percaya pada sistem yang taat hukum, aturan internal, dan kesepakatan bersama. Kepatuhan terhadap regulasi eksternal seperti perizinan, perpajakan, dan hukum kontrak menciptakan legitimasi bisnis sekaligus mencegah intervensi paksa dari pihak ketiga. Sementara itu, aturan internal yang jelas—meliputi pembagian saham, mekanisme pengambilan keputusan, dan sanksi pelanggaran—meminimalkan konflik kepentingan. Transparansi dalam laporan keuangan dan konsistensi penerapan aturan juga memperkuat kepercayaan antaranggota, karena semua pihak merasa diperlakukan adil. Tanpa fondasi ini, kongsi rentan terhadap sengketa hukum, ketidakstabilan operasional, atau bahkan pembubaran paksa.

Namun, kepercayaan tak hanya dibangun dari dokumen legal, melainkan juga komitmen moral dan budaya kolaborasi. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab kolektif menjadi perekat non-formal yang mencegah pelanggaran aturan. Sebaliknya, kongsi yang mengabaikan prinsip ini—misalnya dengan pembagian keuntungan tidak transparan atau pengambilan keputusan sepihak—akan memicu erosi kepercayaan. Contoh nyata seperti pembubaran kongsi tradisional akibat perebutan kuasa atau kongsi modern yang kolaps karena kecurangan finansial membuktikan bahwa kepatuhan terhadap hukum dan kesepakatan adalah harga mati. Pada akhirnya, ketaatan bukan sekadar pemenuhan kewajiban, melainkan investasi untuk keberlangsungan kongsi itu sendiri.

Dalam sebuah badan perkongsian yang terpercaya, segala aktivitas bisnis berjalan sesuai aturan hukum yang berlaku—secara lahiriah, tak ada yang dapat disalahkan. Mereka memilih jalan yang secara teknis legal, memanfaatkan celah peraturan perpajakan dan struktur pendapatan untuk meminimalkan beban finansial. Namun, di balik tampilan yang patuh hukum, terselip siasat licik: hanya kalangan terdekat—para pengambil keputusan dan segelintir pengawas yang "digemukkan"—yang menikmati manfaat sepenuhnya. Sementara itu, pemilik modal rata-rata hanya menerima laporan angka-angka yang tak sepadan dengan realitas pendapatan. Gumpalan modal raksasa menguasai porsi besar keuntungan, sementara klaim "top-up" atau pembagian hasil justru tak berkorelasi dengan kinerja sebenarnya.

Lambat laun, ketimpangan ini memicu gelombang ketidakpuasan di antara pihak yang dirugikan. Dialog-dialog rahasia mulai terjalin, mengungkap pola manipulasi yang sistematis. Mereka yang semula diam mulai bersuara, mempertanyakan ke mana aliran dana sesungguhnya mengalir. Meski tak melanggar hukum secara gamblang, praktik ini mengikis kepercayaan—fondasi terpenting sebuah perkongsian. Di sini, pelajaran berharga terungkap: kepatuhan hukum saja tidak cukup. Integritas, transparansi, dan keadilan dalam distribusi hasil harus menjadi prinsip yang tak tergantikan. Sebab, ketika kepercayaan hancur, yang tersisa hanyalah kerangka bisnis tanpa jiwa—rapuh dan siap runtuh oleh angin ketidakadilan yang mereka ciptakan sendiri.

Maka, di hadapan sederetan wajah yang berseri menikmati buah dari ketidakadilan, ketika mereka lantang mendeklarasikan kepatuhan pada serangkaian aturan yang mereka rajut sendiri, lengkap dengan kalkulasi rumit, perbandingan studi banding yang dipoles, dan visi masa depan yang gemilang, tataplah mata mereka. Di sana, kebingungan serupa ketidakmampuan menemukan tanggal 29 di tahun yang bukan kabisat akan terpancar. Ruang hampa atas nama keadilan yang seharusnya mereka emban, terbungkam tak mampu dijelaskan. Inilah esensi pertanyaan yang mendasar: di tengah gemerlap retorika dan kepatuhan semu pada aturan, ke mana gerangan keadilan itu bersembunyi?






Olahan Pepaya Kekinian | RAGAM INDONESIA (29/06/22)

Penyehat Pikiran

Tidak cukup hanya sekali
Sebenarnya engkau telah mengatakan
Untuk memilih mengatakan tidak...
Mengatakan dengan cara yang jelas
Walau dengan suara sangat lembut
Cara berani untuk jujur
Seperti apa adanya timbang hatimu
Bila tidak sepantasnya kupaksakan
Agar cinta ini memiliki sebuah arti
Untuk dapat memilikimu....
Saat itu, bagai akhir perjumpaan
Ketika menangkap keputusanmu...
Namun kesadaran menyisa ruang 
Akan apa yang tidak kau katakan....
Apa yang terpenting bagimu menyembul
Pada pengertian diri..
Saat sebelum diri ini berpaling...
Matamu lebih bicara...
Akan apa yang dapat kubuat
Akan apa yang mampu kulakukan
Juga akan apa yang nyata kubuktikan
Padamu melebihi dari semua kata belaka...
Keberuntungan,...
Mengerti akan hal demikian
Walau tidak menempati bagian depan
Bagian yang tidak sama 
dengan sebuah arti keterlambatan.....
Untuk saling mengatakan ...cinta.
Mengatakan tidak dengan
Kehilangan akal yang sehat.



Petualangan Teman Kali kedua di Negeri Asing

Awalnya dia sampai di negeri baru pas musim semi. Pohon-pohon mulai berbunga, tapi dia malah bingung karena cuaca di sini gak bisa ditebak—k...